REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pilot Lion Air, Kapten David Edwin Simanjuntak menepis isu bahwa pilot Lion Air dipaksa bekerja melebih jam kerja. Ia menyatakan, dalam sehari dirinya hanya dibatasi sembilan jam penerbangan.
"Pilot maksimal sembilan jam terbang (sehari), seminggu maksimal 30 jam. Jadi nggak semata-mata harus sekian jam, disesuaikan dengan jadwal di log book saya," kata dia saat ditemui di Lion Air Angkasa Training Center, Tangerang, Sabtu (1/12).
Mantan personil TNI Angkatan Udara itu menyampaikan, dirinya dalam sebulan juga dibatasi jam terbang selama 80-110 jam. Waktu terbang itu disesuaikan dengan masa ramai dan sepi penumpang penerbangan.
Jika penumpang pesawat sedang normal, dirinya dibatasi dengan waktu 80 jam terbang dalam sebulan. Jika penerbangan sedang ramai, maka jam terbangnya dapat mencapai 110 jam terbang.
"Jadi enggak benar ada berita total kelebihan jam tebang itu. Saya jam tebang perbulan maksimal 80, kalo 100 jam sampai 110 jam pada peak season. Dalam sebulan maksimal 110 jam," ungkapnya.
Aturan jam terbang tersebut, lanjutnya, sesuai dengan peraturan Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil Kementerian Perhubungan RI. Jika maskapai melanggar, maka akan dikenakan sanksi berat kepada maskapai.
"Walaupun peak season tetap ikut regulasi. Jadi tidak ada penambahan jam terbang pilot," ucapnya.
Dua tahun lalu, beberapa pilot Lion Air sempat melayangkan protes terkait jam terbang. Menurut salah satu pilot, Mario Hasiholan, mereka kerap diminta bekerja hingga 22 jam terbang dalam sehari.
"Kami sering dipaksa bekerja melebihi batas waktu. Pernah sampai 22 jam dan itu sering," kata Mario di Kantor LBH Jakarta, Agustus 2016 lalu.
Selain itu, Mario juga mengatakan bahwa para pilot juga sering diminta bekerja pada hari libur. "Bagi mereka libur itu adalah pemberian, bukan hak," ungkap Mario.
https://ift.tt/2TXyCUF
December 01, 2018 at 05:40PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2TXyCUF
via IFTTT
No comments:
Post a Comment