REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra, Wartawan Republika
Dalam setiap agenda perjalanan Presiden Republik Indonesia ke-7(RI) Joko Widodo (Jokowi) maupun Wakil Presiden (Wapres) ke-12 Jusuf Kalla (JK), biasanya masyarakat selalu tertuju kepada personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang selalu memberikan pengawalan ketat. Sorotan juga diberikan kepada iring-iringan kendaraan RI 1 dan RI 2 yang kadang memang menyita perhatian masyarakat kala kunjungan kerja (kunker) ke daerah.
Namun di balik setiap perjalanan Kepala Negara 2 ke suatu daerah, ada kontribusi besar dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Kondisi itu bisa terjadi berkat dukungan Skadron Udara 17 (Skadud 17/VIP) yang berada di bawah pelaksana operasional Wing Udara 1 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, yang bertugas melayani Presiden atau Wapres. Selama ini, dalam setiap perjalanan RI 1 maupun RI 2 ke daerah yang jauh dari Jakarta, biasanya Presiden menggunakan transportasi udara.
Kalau pun tempat tujuan tidak jauh dari Ibu Kota, namun untuk menyingkat waktu dan menghindari kemacetan, Presiden kadang juga memilih menggunakan helikopter kepresidenan. Apalagi, kerap kali Kepala Negara mengunjungi kawasan terpencil yang masuk daerah itu berstatus 3T, yaitu tertinggal, terdepan, dan terluar.
Titik-titik lokasi tersebut sulit dijangkau warga negara biasa karena minimnya akses, tapi dengan mudah didarati pesawat atau helikopter kepresidenan yang identik dengan warna biru itu.
Sarana helikopter ini tergabung dalam Skadud 45/Setia Berbakti yang berada di bawah Wing Udara 1 Lanud Halim Perdanakusuma. Baik pesawat Boeing 737-800 (Bussiness Jet 2) maupun helikopter Super Puma L-2 AS-332 yang sudah difungsikan untuk melayani perjalanan pimpinan negeri ini, selalu dalam posisi siap diterbangkan kapan. Pesawat maupun helikopter harus dipastikan dalam kondisi 100 persen guna menunjang perjalanan Presiden.
Baca juga, Jokowi Tanggapi Larangan Terbang Boeing 737 Max-8.
Bahkan, untuk lawatan keluar negeri, RI 1 dipastikan menggunakan pesawat kepresidenan yang diawaki seluruh prajurit TNI AU. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengatakan, Presiden bahkan lebih memilih naik pesawat kepresidenan saat kunker ke luar negeri, meski sebenarnya bisa lebih nyaman menyewa pesawat berbadan lebar milik Garuda Indonesia.
Kekurangan pesawat kepresidenan, misalnya lawatan ke Eropa atau Amerika Serikat (AS) yang jaraknya sangat jauh dari Indonesia, harus melakukan transit di bandara tertentu untuk mengisi bahan bakar pesawat. Menurut Praktikno, pilihan menggunakan pesawat kepresidenan juga sebagai bentuk komitmen untuk menekan anggaran negara. "Pak Presiden memutuskan demi efisiensi memakai pesawat sendiri," ujar Pratikno kepada wartawan, belum lama ini.
Berbeda dengan Skadud yang biasanya di bawah otoritas komandan Lanud setempat, Skadud 17/VIP dan Skadud 45/Setia Berbakti berada dalam otoritas penuh Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg). Karena harus membawa rombongan penumpang berstatus VIP/VVIP, kewajiban pemeliharaan menjadi tanggung jawab pihak Istana Negara.
Sehingga, segala bentuk pengoperasian pesawat dua skadud tersebut harus selalu berkoordinasi dengan Sekretaris Militer Presiden (Sesmilpres), yang kebetulan saat ini dijabat Marsekal Muda (Marsda) Trisno Hendradi. Adapun Sesmilpres selalu dijabat perwira tinggi (pati) TNI bintang dua, bisa dari matra apapun tergantung keputusan Presiden.
Dengan pengawasan dan kontrol ketat Kemensetneg, setiap perjalanan keliling daerah, khususnya Kepala Negara selalu lancar dan tidak pernah mengalami hambatan. Hal itu dikarenakan prinsip zero mistake membuat tidak pernah ada kabar perjalanan RI 1 yang menggunakan transportasi udara bermasalah akibat gangguan teknis.
Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Laksma Tony Harjono mengatakan, dua skadud yang berada di bawah tanggung jawabnya memilik tugas penting karena harus melayani perjalanan Presiden dan Wapres. Dia pun mengingatkan komandan dua skadud tersebut untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya guna menjaga nama baik satuan.
"Karena Skadron Udara 31 dan 45 merupakan ujung tombak Lanud Halim Perdanakusuma dalam melaksanakan berbagai tugas, baik tugas operasi militer perang maupun operasi militer selain perang, terutama dalam mendukung kegiatan VIP/VVIP," kata Tony dikutip dari laman resmi TNI AU.
Layanan pramugari
Ketangguhan dan kenyamanan perjalanan pimpinan juga tidak bisa dilepaskan dari sosok pilot maupun pramugari/pramugara yang berstatus prajurit TNI AU, baik berpangkat perwira maupun bintara. Dengan pengalaman dan jam terbang yang mumpuni, seorang Letkol TNI AU bisa membawa Presiden dan Ibu Negara maupun penumpang VIP lainnya yang masuk dalam rombongan, seperti menteri selamat sampai tujuan.
Pun pramugari dengan kepiawaiannya yang sudah terlatih dalam melayani penumpang superpenting membuat perjalanan Presiden selama di udara menjadi tidak membosankan. Hal itu berkaitan dengan pelayanan yang harus selalu memenuhi standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan.
Salah satu pramugari pesawat kepresidenan Serda Dyna Iswara menuturkan, dibutuhkan waktu sekitar satu jam bagi awak penerbangan dan pilot untuk mengikuti briefing sebelum penerbangan. Sebagai pramugari pesawat kepresidenan, Dyna bersama rekannya yang juga berasal dari TNI AU selalu mengikuti agenda RI 1 memberikan pelayanan selama di udara.
Dia menambahkan, sebelum menjalani penerbangan ke dalam dan luar negeri, pesawat harus melakukan persiapan dan pemeriksaan selama tiga jam. Hal itu dilakukan agar tidak ada kendala yang mungkin muncul sehingga sampai mengganggu perjalanan Presiden.
Dyna yang sudah dua tahun lebih bertugas di pesawat kepresidenan itu menuturkan, perlu pendidikan selama lima bulan untuk menjadi pramugari yang melayani penerbangan VVIP, meliputi RI 1, RI 2, RI 3 (Ibu Negara), dan RI 4 (istri Wapres).
"Penerbangan RI 1 itu pramugarinya tertentu, hanya beberapa saja, kalau VIP pramugari banyak, total 68 pramugari. Setiap hari kami berdinas di Mabes AU, tapi stand by on call enam pramugari," kata Dyna dikutip dari akun video Youtube.
Tugas Sesmilpres
Marsekal Hadi Tjahjanto ketika menjabat Sesmilpres (2015-2016) menuturkan, ia bertugas sebagai koordinator pengamanan Presiden dan Wapres, serta keluarganya, dan tamu negara. Pengamanan itu berbentuk fisik maupun nonfisik, serta memberikan dukungan teknis kepada presiden dari satu tempat ke tempat lain.
"Moda transportasi udara, kita harus melihat apakah penerbangnya itu sehat, pesawatnya itu baik, cuacanya itu bagus, dan landasan yang akan didarati itu memiliki fasilitas penerbangan. Termasuk kunjungan ke luar negeri," ujar Hadi dalam acara Sudut Istana yang dipublikasikan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang videonya diunggah ke Youtube dikutip Republika.co.id
Ada sedikit perbedaan ketika Presiden maupun Wapres dalam melakukan kunker ke dalam negeri maupun luar negeri melalui Lanud Halim Perdanakusuma. Guna efisiensi dan efektivitas protokoler penerbangan VVIP/VIP maka diadakan pembedaan lokasi penyambutan dan pengantarannya.
Apabila penerbangan VVIP/VIP tujuan atau kedatangannya di atau dari dalam negeri maka protokolernya dilakukan Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, yang berada di area militer. Sedangkan apabila tujuan atau datang penerbangannya ke atau dari luar negeri maka protokolernya di Bandara Halim Perdanakusuma, yang lokasinya berada di sisi timur area pintu masuk untuk penerbangan komersial.
Hadi pun menceritakan salah satu kunker Presiden ke Washington DC, AS medio 2015. Menurut Hadi, kalau menggunakan pesawat kepresidenan maka harus isi bahan bakar sampai dua kali di bandara transit. Sehingga, ia merencanakan, pengisian bahan bakar pesawat di Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Schiphol (Belanda), dan lanjut ke Washington.
"Hampir 28 jam perjalanan. Yang menarik adalah ketika menteri pendampingnya itu diinformasikan akan ikut dalam rombongan mereka sudah mulai menghitung-hitung nanti tidurnya bagaimana?" kata Hadi yang kini menjadi Panglima TNI.
Hadi pun mengungkapkan, Menteri Perdagangan (Thomas Lembong) meneleponnya untuk menanyakan apakah bisa membawa kasur lipat sebanyak 12 yang digunakan seluruh menteri, yang ikut dalam rombongan. Karena rombongan sempat dua kali transit, sehingga semuanya tidak sempat tidur selama dalam perjalanan.
"Sehingga kasur lipat hanya kita bawah Jakarta ke Washington DC, sampai Jakarta lagi tanpa pernah dibuka, jadi hanya ikut jalan-jalan," ujar KSAU periode 2017-2018 ini sambil tersenyum.
Hadi juga mencontohkan, dalam kunker ke Kabupaten Bener Meriah, Aceh medio Maret 2016, saat di Bandara Rembele, ia sejak pagi sudah memprediksi cuaca sedang tidak bagus. Dia pun kemudian melapor kepada ajudan Presiden agar take off ditunda sekitar 30 menit. Karena cuaca tidak kunjung bagus, Hadi melalui ajudan harus menyampaikan lagi penundaan penerbangan sekitar satu jam.
"Karena Rembele secara topografi di antara dua gunung di atas danau. Presiden selalu senyum dan (bilang) iya," kata Hadi menceritakan tugas Sesmilpres yang ikut bertanggung jawab dalam keamanan perjalanan RI 1.
Karena itu, tugas utama Sesmilpres yang berada di bawah koordinator Kemensetneg ikut mengawasi kesiapan pesawat yang ditumpangi Presiden. Sesmilpres juga ikut mengatur pelayanan rombongan Kepala Negara demi bisa memberikan kenyamanan selama dalam perjalanan.
Di luar itu semua, satu yang pasti, agenda Presiden maupun Wapres yang selama ini berjalan lancar tidak bisa dilepaskan dari peranan dua Skadud yang berkomitmen tinggi memberikan pelayanan terbaik. Sehingga, dapat dikatakan, TNI AU lah pihak di balik layar yang berkontribusi besar mendukung kinerja Kepala Negara yang bertugas mengabdi untuk kepentingan rakyat negeri ini.
https://ift.tt/2EUGT4M
March 14, 2019 at 02:51PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2EUGT4M
via IFTTT
No comments:
Post a Comment