REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong optimistis, pertumbuhan investasi pada tahun ini dapat mencapai dua digit, 12 hingga 13 persen. Angka tersebut melebihi target awal yang pernah disampaikan Thomas, yakni 10 sampai 11 persen.
Ada beberapa faktor yang disebutkan Thomas dapat membantu pertumbuhan investasi melebihi target awal. Salah satunya, siklus politik yang memperlihatkan adanya rebound atau recovery kencang investasi setelah pelaksanaan pemilihan umum (pemilu). "Dari yang tadinya negatif di tahun pra pemilu, menjadi positif di tahun pasca pemilu," katanya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (30/4).
Thomas menilai, tren tersebut sudah berlangsung sejak 15 tahun terakhir dan diharapkan kembali terjadi pada tahun ini. Diketahui, pada 2018, pertumbuhan mencapai empat persen secara year on year (YoY). Angka tersebut melambat dari realisasi pertumbuhan di 2017 yang mencapai 10 persen.
Thomas menyebutkan, 2018 menjadi tahun terparah untuk investasi yang tidak hanya terjadi di Indonesia, juga seluruh dunia. Data United Nations (UN) menunjukkan, angka foreign direct investment (FDI) turun 20 persen pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut merupakan konsekuensi langsung dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina dan bank sentral Amerika Serikat The Fed menaikkan suku bunga hingga empat kali. Selain itu, repatriasi modal dari seluruh dunia ke Amerika Serikat terkait tax amnesty yang diberlakukan pemerintahan Donald Trump pada 2017.
Tapi, Thomas melihat, pihaknya sudah melihat kepercayaan dunia usaha internasional mulai kembali pulih pada akhir tahun lalu. "Dunia juga optimistis, perang dagang sudah dapat selesai," ucapnya.
Selain itu, Thomas menilai, The Fed juga tiba-tiba berubah haluan. Dari yang semula bersikeras akan lanjut menaikkan suku bunga, tiba-tiba akan setop. Tren seperti ini juga membantu memulihkan kepercayaan dunia usaha Indonesia.
Untuk mencapai target, Thomas menyebutkan, dibutuhkan terobosan reformasi ekonomi yang dapat kembali menggairahkan semangat investor internasional maupun domestik. Salah satunya, melakukan revisi terhadap daftar negatif investasi (DNI).
Thomas memberikan contoh dampak positif terhadap industri perfilman dan bioskop sejak larangan investasi asing mulai dicabut pada dua tahun lalu. Setidaknya, pertumbuhan sektor ini mampu menyentuh 20 persen, melebihi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni lima persen per tahun.
Berbicara industri perfilman juga pasti terkait sektor jasa, karena dalam segala aspek, mereka membutuhkan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pertumbuhannya akan membantu menciptakan lapangan kerja. "Revisi DNI berdampak pada banyak hal," katanya.
http://bit.ly/2VyeFYe
April 30, 2019 at 02:50PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2VyeFYe
via IFTTT
No comments:
Post a Comment