REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno khawatir seruan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) terkait berbaju putih dapat menimbulkan kegaduhan. Sebelumnya, Jokowi mengajak para pendukungnya untuk mengenakan baju putih saat mencoblos di tempat pemungutan suara (TPS) pada 17 April mendatang.
Menurut juru bicara BPN, Handi Riza sebenarnya ajakan tersebut tidak perlu. Apalagi itu disampaikan oleh seorang yang masih berstatus sebagai presiden.
Sebab, kata Handi, ajakan ini berpotensi ditafsirkan sebagai sesuatu yang wajib dan harus dilaksanakan di tingkat akar rumput. "Jika hal ini terjadi tentu akan menimbulkan masalah dan kegaduhan di tingkat bawah," ujar Handi saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat (29/3).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai masyarakat akan merasa terintimidasi dengan ajakan Jokowi. Sehingga, sambung ya, ajakan itu bisa memicu konflik horizontal antar pendukung.
Sebab, tidak menutup kemungkinan, orang akan merasa tidak nyaman di TPS saat mayoritas pemilih yang hadir adalah pendukung lawan yang dipilihnya. Oleh karena itu, pihaknya menginginkan pemilu ini berjalan dengan penuh kegembiraan, tanpa ada pemaksaan dari pihak manapun.
"Biarkan pemilu ini menjadi pesta demokrasi yang disambut hatu biru oleh masyarakat," tegas Handi Riza.
Sebelumnya, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Maruf Amin berpendapat baju putih sebagai bentuk ajakan hijrah pada masyarakat ke arah yang baru. Disamping itu baju putih sebenarnya lekat dengan masyarakat Indonesia. Bahkan sejumlah acara keagamaan dirayakan pemeluknya dengan berbaju putih. Salah satunya ialah perayaan hari Lebaran.
"Bisa dilihat putih ini sebagai narasi 'hijrah'. Karena artinya itu kita hijrah menuju Indonesia maju. Putih itu esensinya melambangkan kesucian," kata Jubir Milenial TKN Jokowi-Maruf, Deny Giovanno.
https://ift.tt/2JOCpTa
March 29, 2019 at 08:28PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2JOCpTa
via IFTTT
No comments:
Post a Comment