REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta meluncurkan aplikasi sebagai inovasi dalam bidang kesehatan yakni DBDKlim. DBDKlim menjadi salah satu bentuk sistem kewaspadaan dini terhadap demam berdarah (DBD) berbasis website bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). DBDKlim dapat diakses seluruh masyarakat.
"DBDKlim adalah kolaborasi antara data yang kami punya di Dinas Kesehatan bersumber data rumah sakit dan komunitas, disandingkan dengan pemodelan data dari BMKG pusat yaitu tentang curah hujan, kelembaban," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (30/1).
Ia menjelaskan, data tersebut merupakan data surveilans dari Dinkes dan data mengenai curah hujan serta kelembaban sebagai prediktor dari BMKG. Data tersebut kemudian dilakukan pengembangan model peringatan dini penyebaran DBD.
Menurut Widyastuti, informasi cepat mengenai prediksi kejadian DBD sangat dibutuhkan agar langkah antisipasi dapat diambil sedini mungkin. Ia menyebut, data dari DBDKlim bisa memprediksi dua bulan ke depan mengenai gambaran kelembaban di DKI yang berimplikasi terhadap peningkatan kasus DBD.
"Kita tahu bahwa semakin lembab suatu daerah, maka akan semakin padat nyamuknya dan kemungkinan resiko tergigit semakin tinggi," kata dia.
Ia mengatakan, DBDKlim bukan langkah mencegah kasus DBD. DBDKlim sebagai salah satu upaya langkah promotif, preventif, dan kuratif. Menurutnya, melalui DBDKlim dapat membantu menyosialisasikan secara langsung kepada masyarakat sebagai langkah antisipasi.
"Jadi bukan itu menurunkan (kasus DBD) tetapi adalah sebagai bentuk kewaspadaan dini melalui berbagai faktor, salah satunya melalui iklim," tutur Widyastuti.
Ia memaparkan, kondisi iklim menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan nyamuk Aedes Aegepty. Menurut prediksi BMKG, ada tiga kota yakni Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan yang memiliki tingkat kelembaban tinggi. Sehingga, lanjut dia, masyarakat dapat langsung melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta menguras, menutup, dan mendaur ulang (3M).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam kesempatan yang sama menyebut, data dari Dinkes DKI per 28 Januari, tercatat 662 warga ibu kota terjangkit DBD. Anies meminta warga berperan aktif menjadi juru pemantau jentik (jumantik) dan menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing.
“Data surveilan di berbasis web Dinas Kesehatan per tanggal 28 Januari itu jumlah kasusnya 662, ini angkanya yang sangat tinggi dibandingkan tahun lalu ataupun dua tahun lalu. Jadi memang kita menghadapi situasi yang berbeda,” ujar Anies.
http://bit.ly/2UtOVbb
January 30, 2019 at 08:18PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2UtOVbb
via IFTTT
No comments:
Post a Comment