REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) pada awal 2019 melakukan uji pasar elpiji tiga kilogram nonsubsidi sebagai salah satu langkah untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang gas melon yang dibandrol sesuai harga keekonomian.
Direktur Pemasaran Retail Pertamina, Mas'ud Khamid menjelaskan pada uji coba yang dilakukan sejak awal tahun 2019 tersebut Pertamina sudah mendistribusikan sebanyak 5.000 tabung elpiji tiga kilogram (kg) nonsubsidi. Uji pasar yang dilakukan di Jakarta dan Surabaya tersebut diklaim Mas'ud laris manis.
"Itu masih jalan kok. Segmented memang banyak diserap para masyarakat yang tinggal di Rusun dan Apartemen," ujar Mas'ud kepada Republika.co.id, Kamis (14/3).
Namun kata Mas'ud memang pada proses uji pasar tahap pertama Pertamina masih perlu melakukan beberapa evaluasi terkait distribusi. Mas'ud mengatakan awal April esok, Pertamina akan melakukan uji pasar tahap II dengan melepas 5.000 tabung elpiji tiga kilogram nonsubsidi kembali.
"Setelah ini memang akan kita evaluasi. Iya kan sudah 5.000 tabung pertama. Nah, akhir maret besok baru tambah lagi 5.000 tabung kedua," ujar Mas'ud.
Ia juga menjelaskan upaya ini dilakukan perusahaan untuk bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk bisa beralih dari subsdi ke nonsubsidi. Untuk bisa membiasakan hal tersebut, kata Mas'ud ke depan Pertamina akan menyalurkan elpiji baik subsidi maupun tidak melalui satu distributor.
"Selama ini kan agen PSO nonPSO terpisah. Nah, nanti kita coba untuk saling mengisi. Tiga kilogram subsidi nanti titipkan PSO, sebaliknya lalu. Jadi satu titik distribusi ada dua pilihan," ujar Mas'ud.
Selain itu, kata Mas'ud untuk bisa meningkatkan daya beli masyarakat kepada elpiji nonsubsdi, Pertamina akan memberikan insentif berupa diskon melalui aplikasi My Pertamina.
"Itu salah satu cara. Banyak program. Nanti akan ada insentif. Diskon lewat My Pertamina," ujar Mas'ud.
Disatu sisi, Pemerintah memang berencana untuk melakukan distribusi elpiji bersubsidi secara tertutup. Mas'ud mengakui hingga saat ini Pemerintah belum membicarakan secara langsung kepada Pertamina terkait rencana dan skema penyaluran. Hanya saja, kata Mas'ud dengan cara distribusi yang akan dilakukan Pertamina dengan memberikan pilihan kepada masyarakat bisa membuat masyarakat tidak kaget.
"Ya kan sejalan. Kita beri sosialisasi juga dengan adanya satu agen jual dua jenis antara PSO dan NonPSO," ujar Mas'ud.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM bersama Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) berencana akan melakukan uji coba penyaluran gas elpiji subsidi untuk masyarakat dengan cara baru. Penyaluran gas elpiji bersubsidi ini akan menggunakan mekanisme biometrik.
Direktur Hilir Migas, Kementerian ESDM, Rizwi Hisjam menjelaskan langkah ini diambil pemerintah untuk menghentikan penyaluran elpiji subsidi yang kerap tak tepat sasaran. Ia menjelaskan usulan untuk menggabungkan mekanisme subsidi elpiji dengan subsidi lainnya yang tergabung dalam kartu subsidi akan segera dilakukan.
"Uang subsidinya akan ditransfer langsung pemerintah melalui kartu bantuan yang terintegrasi dengan bantuan sosial lainnya. Jadi masing-masing KL nggak boleh bikin kartu sendiri, Pak Presiden maunya dalam satu kartu itu diintergasikan semuanya," ujar Rizwi.
Rencananya, skema ini akan dilakukan setelah Pilpres 17 April berlangsung. "Rencana subsidi akan terintegrasi melalui kartu. Itu kami akan lakukan uji coba dulu. April, sehabis Pilpres lah," ujar Rizwi.
Rizwi merinci maksud dari kartu ini nantinya Pertamina akan memukul rata harga jual elpiji tiga kilogram sesuai dengan harga keekonomian. Hanya saja, untuk masyarakat yang memang masih membutuhkan subsidi akan diberikan sejumlah uang melalui kartu subsidi.
https://ift.tt/2HkCjAO
March 14, 2019 at 05:17PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2HkCjAO
via IFTTT
No comments:
Post a Comment