Pages

Saturday, December 15, 2018

TKN Ingin Pemilu Jadi Pendidikan yang Mencerdaskan Bangsa

TKN mengatakan pemilu merupakan pesta demokrasi yang penuh kegembiraan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Kampanye Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Benny Ramdhani mengatakan pihaknya memandang Pemilu 2019 harus menjadi media mencerdaskan masyarakat. Menurut Benny, Jokowi juga terus mengatakan, pemilu merupakan pesta demokrasi yang penuh kegembiraan.

"Secara teroritis di pihak kami pesta demokrasi ini harus menjadi media yang bisa mencerdaskan, mencerahkan, yang dia harus bisa menjadi bagian pendidikan bagi rakyat," ujar Benny dalam diskusi di wilayah Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (15/12).

Benny menambahkan, secara ideologis, Jokowi sering melakukan penekanan kepada seluruh tim kampanye, yakni pesta demokrasi adalah pesta kegembiraan. Karena itu, di dalam kegembiraan tersebut tak boleh ada saling nyinyir, dendam, kebohongan, serta upaya untuk saling menjatuhkan.

"Sehingga yang kita inginkan, kampanye pilpres adalah kampanye yang semua calon menawarkan ide dan bahkan program-program selama lima tahun (jika terpilih)," katanya.

Benny menambahkan, di ruang-ruang publik saat ini, yang para pendukung Jokowi lakukan adalah mengampanyekan prestasi yang petahana tersebut miliki. Sedangkan di sisi pasangan lainnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, ia anggap lebih mencari-cari hal buruk dari pemerintahan Jokowi.

"Kelakarnya adalah, kalau kayak gini calon presidennya hanya satu, hanya Jokowi. Karena kelompok Prabowo tidak berbicara tentang prestasi-prestasi dari calon Prabowo sendiri," jelas dia.

Di samping itu, Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini, melihat, kampanye yang telah dilakukan tiga bulan ke belakang lebih cenderung kepada kampanye yang sporadik. Menurutnya, para calon belum menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga aktivitas kampanye sebagai bagian dari pendidikan politik.

"Kecenderungan kampanye kita masih kampanye sporadik, yang lebih mengedepankan isu yang secara sensasional mudah ditangkap oleh pemilih," ujar Titi dalam diskusi yang sama.

Menurut Titi, isu sensasional itu lebih sering diperlihatkan ketimbang komitmen para calon untuk konsisten menjaga aktivitas kampanye sebagai bagian dari pendidikan politik. Di mana pendidikan politik yang ia maksud adalah penyampaian visi-misi, program, serta citra diri yang mengarah pada politik gagasan dan program.

"Jadi, saya belum melihat konsistensi dan komitmen yang betul-betul dipelihara oleh para kontestan dengan mandat moral politik hukum yang harus mereka jalani," katanya.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2LiXNwN
December 15, 2018 at 03:37PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2LiXNwN
via IFTTT

No comments:

Post a Comment