REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Direktur Utama Bank Mega Syariah (BMS) Emmy Haryanti optimistis pertumbuhan kinerja industri perbankan syariah dapat mencetak tren positif pada 2018 sampai tahun depan. Keyakinan ini disampaikannya mengingat kepedulian dari pemerintah melalui kebijakan dan pengawasan terhadap industri.
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), market share perbankan syariah mencapai 5,92 persen pada September. Emmy menjelaskan, angka tersebut menunjukkan bahwa peluang besar masih dimiliki industri untuk tumbuh.
"Khususnya, melalui inovasi agar menunjukkan perbankan syariah tidak kalah menarik dengan produk perbankan konvensional," ujarnya ketika ditemui Republika.co.id di Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (14/12).
Emmy menjelaskan, salah satu upaya yang kini tengah menjadi fokus BMS adalah dengan mengembangkan segmen ritel. Sebab, segmen ini memiliki potensi besar nasabah seiring dengan gaya hidup masyarakat modern yang akrab dengan ritel. Di antaranya masyarakat Muslim yang merupakan target utama industri perbankan syariah.
Emmy menuturkan, salah satu upaya yang dilakukan adalah menjalin sinergi dengan CT Corp melalui peluncuran kartu debit co-branding Kidcity. "Menggunakan kartu ini, nasabah dapat menikmati kemudahan top up saldo, bonus dan potongan harga di merchant-merchant," tuturnya.
Data keuangan per November 2018 menunjukkan, pembiayaan mengalami kenaikan 5,98 persen dari Rp 4,6 triliun menjadi Rp 4,9 triliun. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) tabungan meningkat 12,74 persen. Kenaikan ini diprediksi sejalan dengan fokus bisnis selama satu tahun terakhir untuk mengembangkan segmen bisnis ritel.
Melalui sinergitas dengan ritel, Emmy menuturkan, sosialisasi mengenai industri perbankan syariah juga dapat mengena ke masyarakat. Pasalnya, ritel tidak sekadar berbicara satu kalangan tertentu, melainkan memilki karakteristik pasar yang luas dan beragam.
Untuk pembiayaan, Emmy memperkirakan, pembiayaan dapat melebihi skala industri yakni di atas 11 persen dengan berbagai pendekatan yang dilakukan. "Tahun depan, pendanaan otomatis akan mengiringi. Target kami, sekitar 30 sampai 40 persen komposisinya kassa," katanya.
Emmy menambahkan, pihaknya juga berencana untuk memulai kerja sama dengan perusahaan financial technology (fintech). Sebab, perbankan syariah tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi, sehingga harus menjalin sinergi dengan industri terkait di dalamnya, termasuk fintech pembiayaan maupun peminjaman.
Emmy mengakui, rencana kerja sama ini belum bisa dilaksanakan dalam kurun waktu enam bulan ke depan. Ia juga belum memiliki perusahaan fintech yang ditargetkan maupun konsep kerja sama. "Tapi, kami pasti akan mengarah ke sana. Kalau tidak, akan tertinggal," ucapnya.
Sejak tahun ini juga, BMS mulai memasuki pasar korporasi seperti BUMN dan infrastruktur. Dua pasar ini diharapkan dapat menjadi dorongan produktivitas tambahan di samping bisnis retail dan commercial yang selama ini menjadi penyumbang utama.
Sementara itu, Retail, Funding and Business Development Division Head BMS Herbudi Prabawani mengatakan, kartu co-branding merupakan lanjutan dari program diskon kartu debit BMS yang diluncurkan tahun lalu. Program tersebut menjadi upaya pertama sinergitas yang dilakukan antara BMS dengan ritel di bawah CT Corp.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menarik minat masyarakat adalah penawaran benefit lebih. "Selain proses pembukaan rekening yang lebih mudah dan cepat, calon nasabah juga akan mendapatkan hadiah langsung," ujar Herbudi.
https://ift.tt/2SSsWKn
December 14, 2018 at 05:25PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2SSsWKn
via IFTTT
No comments:
Post a Comment