Pages

Tuesday, March 12, 2019

Jokowi Sebut Investasi dan Ekspor RI Kalah dari Tetangga

Neraca dagang Indonesia sepanjang 2018 mengalami defisit sebesar 8,57 miliar dolar AS

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui kinerja investasi dan perdagangan Indonesia masih tertinggal di belakang dibanding negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Jokowi beralasan, kondisi ini disebabkan pola industri dan perdagangan nasional yang sudah berpuluh-puluh tahun mengandalkan bahan mentah untuk diekspor, tanpa diolah menjadi bahan jadi atau setengah jadi.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total realisasi investasi asing (PMA) tahun 2018 sebesar Rp 392,7 triliun. Angka ini turun 8,8 persen dibandingkan realisasi investasi PMA tahun 2017 sebesar Rp 430,5 triliun.

Sementara menurut Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia sepanjang 2018 mengalami defisit sebesar 8,57 miliar dolar AS. Berdasarkan catatan BPS, defisit tersebut adalah yang terbesar sejak 1975.

"Kita tidak mau ditinggal Kamboja dan Laos. Kita punya kekuatan besar baik SDM atau SDA. Namun kita sudah terlalu lama, ekspor bahan mentah, raw menterial. Sudah berpuluh puluh tahun kita belum masuk hilirisasi dan industrialisasi," jelas Jokowi dalam pembukaan Rakernas Kementerian Perdagangan bersama para pedagang pasar, Selasa (12/3).

Jokowi menyampaikan realitas yang terjadi di negeri ini selama berpuluh-puluh tahun. Presiden menyebutkan, Indonesia masih gemar mengekspor CPO alias minyak kelapa sawit mentah dibanding mengolahnya menjadi barang setengah jadi. Begitu pula dengan komoditas karet, kopra, dan batu bara.

Indonesia, kata Jokowi, lebih senang mengirim bahan mentah ketimbang produk jadi atau setengah jadi. "Waktu booming komoditas dan harga global tinggi semua senang tapi lupa dorong hilirisasi dan industrialisasi," kata Jokowi. 

Menjawab tantangan ini, Jokowi meminta Pemda agar tak pikir panjang untuk memberi izin saat ada investor mencoba membangun industri di daerah. Ia juga mengaku telah mendesak Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memberikan tax holiday bagi investor yang mau membangun hilirsisasi komoditas.

"Masalahnya tahu kok tidak diselesaikan, bodoh banget kalau begini," katanya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ujar Jokowi sebetulnya sudah menempatkan Indonesia di nomor urut ke-4 sebagai destinasi investasi paling menarik. Ia juga menyaksikan sendiri bahwa investor berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk menjajal iklim investasi yang ada.

"Yang saya rasakan sehari hari investor berbondong-bondong ke kita. Wong saya sering nemu. Tapi kok ga ada yang terealisasi. Yang salah di mana? Pusat provinsi kita atau kab? Ada yang salah," katanya.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2XQUZNs
March 12, 2019 at 03:58PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2XQUZNs
via IFTTT

No comments:

Post a Comment