REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hariqo, Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi
Tulisan ini saya buat setelah menonton utuh video wawancara Agnez Mo dengan Presenter Kevan Kenney.
Kevan Kenney: You are look different than everybody else?
Agnez Mo: Yea, Cause I actually dont have Indonesian blood whatsoever. Cause I’m actually German, Japanese, Chinese, I was just born in Indonesia. I’m also Christian, which is in Indonesia the majority there Moslem. I’ve always been kind of… you know. I’m not going to say that I felt like I don’t belong there, because I always feel like the people accepted me for who I was but there’s always that sense that I’m not like everybody else.
Begitulah transkrip dari potongan video wawancara Agnez Mo dengan Kevan Kenney, yang ramai dibicarakan hari ini 26 November 2019.
Saya cari video aslinya, ketemu di akun YouTube BUILD Series. Rupanya video yang beredar itu dari menit 7.00 hingga 7.30, atau hanya 30 detik dari 27 menit wawancara. Saya tonton utuh sebelum berkomentar di medsos, seperti whatsapp, dll.
Ternyata pas sebelumnya, pada menit 5.50 - 6.48 (58 detik) ada pertanyaan yang membuat saya memahami konteks jawaban Agnez Mo dan ini satu paket dengan jawaban sebelumnya. Yuk perhatikan baik-baik
KEVAN KENNEY: Ada miskonsepsi tentang Anda. Seberapa beragam budaya Indonesia?
AGNEZ menjawab: Indonesia sangat menarik, karena terdiri lebih dari 18 ribu pulau. Setiap pulau kita punya musik berbeda, alfabet tradisional dan aneka kuliner. Secara umum, musik di Indonesia sangat beragam, dan saya tumbuh dengan itu semua. Menarik sekali, saya bernyanyi di gereja dan di sisi lain ada musik tradisional Indonesia. Ini menjadi bagian saya. Corak musik yang saya hadirkan bukan semata perwakilan budaya tertentu di Indonesia, tapi lebih dari itu, yakni keterbukaan budaya Indonesia, dan saya berdiri di situ.
Jadi, Agnez ditanya hal yang sangat mendasar (radix), tonton menit 5.50 dan 7.00 WIB, yaitu: ada miskonsepsi tentang Agnez, seberapa beragam budaya Indonesia, dan mengapa terlihat berbeda dengan yang lain? Kalau Agnez hanya menjawab Indonesia terdiri dari 18 ribu pulau, 34 Provinsi, 520 Kota Kabupaten, maka itu jawaban biasa.
Karena itu pertanyaan mendasar, Agnez menjawab dengan esktrem, jawaban Agnez tidak biasa, tapi "radikal". Ia katakan, “Saya tidak berdarah Indonesia, saya bahkan Kristen, padahal orang Indonesia mayoritas Muslim, tetapi saya merasa sangat diterima di Indonesia, saya tumbuh di tengah budaya yang insklusif di Indonesia”.
Kalau dipahami terbalik, maka Agnez Monica seperti mengatakan: wahai negara-negara yang warganya mayoritas Kristen, dan negara yang Muslimnya minoritas. Kalian harus baik sama orang Muslim, karena saya sebagai orang Kristen, bahkan saya tak berdarah Indonesia, tapi saya diperlakukan dengan ramah dan baik sekali di Indonesia yang mayoritas warganya Muslim.
Saya tidak minta Anda setuju dengan tulisan ini, tapi tonton utuh videonya.
Baiklah, terkait Agnez, Ustaz Abdul Somad dan figur lainnya, izinkan saya mengusulkan beberapa hal atau catatan kepada Kementerian Pariwisata yang dipimpin Bapak Wishnutama, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan Kementerian terkait:
Pertama, Agnez Mo dan teman-temannya bukan staf khusus presiden, staf khusus menteri, komisaris atau direksi BUMN. Tapi dia dan teman-temannya termotivasi membuat dunia percaya dan segan terhadap Indonesia. Dia mempromosikan Indonesia di hadapan negara-negara besar.
Sejauh yang saya pelajari, tugas ini juga dilakoni banyak wartawan, aktivis, akademisi, seniman, pemuka agama, budayawan, olahragawan, pegiat medsos, perintis start up, diaspora Indonesia, dll meskipun kurang dukungan dari pemerintah. Ini perlu diperhatikan.
Kedua, Agnez, Gus Baha, Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Somad adalah orang-orang Indonesia yang potensial jadi idola semua warga dunia, karena kapasitas dan kemampuan bahasa asingnya hebat. Kalau mereka dianggap salah, rangkul dong, jangan dipukul. Sebab tidak mudah menciptakan orang seperti mereka. Untuk Agnez dan nama-nama di atas juga harus hati-hati di depan kamera.
Bukan tidak mungkin orang Rusia membeli peci Indonesia, karena Gus Baha sering pakai peci. Sebagaimana mobil Korea laris manis di Burma, karena mobil itu sering digunakan dalam drama-drama Korea. Jangan sampai seperti Anggun C Sasmi, sudah terkenal di dunia, eh malah dimanfaatkan oleh klub sepakbola Paris Saint German sebagai dutanya. Harusnya Anggun C Sasmi itu digaet sebagai duta klub sepakbola atau olahraga lainnya.
Di luar negeri, Agnez Mo, Gus Baha, Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Somad bisa lebih populer ketimbang Presiden, Ketua DPR, MPR, Parpol, sebagaimana orang Indonesia lebih kenal Lionel Messi ketimbang Presiden Argentina, Shakira ketimbang Presiden Kolombia, BlackPink ketimbang Menteri Pendidikan Korea, Ronaldo ketimbang Politisi di Portugal.
Ketiga, diplomat di era digital bukan semata mereka yang bekerja di Kementerian Luar Negeri RI, duta besar, atau orang-orang yang identik dengan dasi, jas, parfum, protokoler, dan lain-lain. Tetapi di era digital, setiap orang adalah diplomat.
Lihat bagaimana Andrea Hirata, Riri Riza dengan novel dan filmnya sukses mempromosikan Bangka Belitung. Lagunya Katon Bagaskara yang lebih sukses dari iklan wisata manapun. Lihat kiprah si “Bengal” Dennis Rodman” sukses mewakili Amerika Serikat melobi Kim Jong Un, Presiden Korea Utara. Maradona yang sering diutus ke sebuah negara sebelum kedatangan Presidennya. Ini saya utarakan panjang lebar dalam buku berjudul Seni Mengelola Tim Media Sosial atau #SMTmedsos.
Keempat, seluruh medan, dari kampus, lapangan olahraga, layar HP hingga layar bioskop adalah media diplomasi. Mereka yang terlibat di dalamnya perlu diajak dialog tentang tren diplomasi, bela negara dan langkah serius mewujudkan tujuan didirikannya negara Indonesia yaitu..mendorong ketertiban dunia.
Kita perlu seribu orang Indonesia yang dikenal oleh seluruh manusia di dunia, seperti Michael Jackson, Muhammad Ali. Ditunggu terobosan nyata pemerintah dan bentuk kolaborasinya dengan warga.
Kalau Agnez Mo bilang ada 18 ribu pulau lebih di Indonesia, maka dorong para artis, konten kreator bikin video klip, vlog bahkan film di situ, sebelum pulau-pulau itu diklaim negara lain. Sekian, salam diplomasi. Setiap kita adalah diplomat.
https://ift.tt/2OKRxQN
November 27, 2019 at 07:20AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2OKRxQN
via IFTTT
No comments:
Post a Comment