Pages

Sunday, September 29, 2019

Mampukah Ayam Lokal Berkokok Lagi Setelah Ditekan Impor?

Harga ayam lokal tidak mampu melawan impor karena harga pakan yang mahal

Mungkin sudah tidak asing jika pemerintah kita impor bawang putih, jagung,gula, daging sapi ataupun singkong. Baru-baru ini Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk membuka keran impor ayam. Dia mengatakan "yang penting kita buka, kalau ada pengusaha yang mau dan kalau ada yang berani mengajukan, ya silahkan" usai mengikuti rapat koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (7/8).

Padahal dikutip dari Tempo, (14/8) Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimistis ayam produksi dalam negri juga bisa bersaing dari ayam impor, termasuk Brasil. Pasalnya, ia mengatakan ayam lokal terbukti sudah memenuhi standar ekspor, salah satunya ke Jepang.

Memang sudah di ketahui bahwa impor ayam ini di ambil untuk menyelesaikan sengketa daging yang diadukan Brasil ke World Trade Organization (WTO). "intinya impor kesini, itu harus ada karena tidak mungkin kita melarang, melanggar ketetapan WTO, Ya kita pasti salah" jelas Enggar.

Kedua pejabat kita sepakat untuk membuka keran impor ayam Brasil ini. Apakah petani dan pengusaha ayam mampu menghadapi impor ayam ini?? masih teringat beberapa waktu lalu dimana para peternak ayam membagi gratis ayam kepada masyarakat, ataupun menghancurkan ribuan telur ayam yang siap menetas sebagai aksi protes mereka karena anjloknya harga ayam d pasaran.

Para peternakpun menyayangkan biaya pakan ternak yang mahal, sehingga biaya produksi menjadi tinggi namun harga ayam tak kunjung naik dan stabil.

Pemerintah harusnya mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya ketika berbagai keran impor di buka membuat para pengusaha, petani dan peternak kita mengalami kerugian bahkan tidak sedikit yang gulung tikar, sehingga membuka PHK besar-besaran, dan menurunnya perekonomian di masyarakat.

Dalam sistem ekonomi saat ini kebijakan impor saat ini hanya akan menguntungkan para pemilik modal, ataupun pejabat yang korupsi. Jelas terlihat dengan imporpun tak mampu menstabilkan harga di pasaran, namun pemerintah seakan abai terhadap hal ini.

Dalam sistem Islam, impor di lakukan jika memang sudah sangat mendesak, ketika produksi dalam negri kita tidak stabil misalnya karena kekeringan di berbagai wilayah, atau kebanjiran dan musibah yang terjadi. sehingga pemerintah tidak ada ketergantungan impor.

pemerintahpun akan selalu memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik bagi para petani dan peternak kita, misalnya dengan pakan ternak yang murah atau pupuk yang terjangkau sehingga biaya produksi menjadi murah.

Maka dari itu, semoga pemerintah kita bisa mengambil pelajaran dari hal ini sehingga indonesia tidak tergantung kepada impor, namun menumbuhkan produksi dalam negri kita secara maksimal. Dan ayam lokal mampu berkokok lagi di negri yang kita cintai.

Pengirim: Rina Rizkiana, ibu rumah tangga asal Kota Banjar

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2mcGGos
September 30, 2019 at 07:04AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2mcGGos
via IFTTT

No comments:

Post a Comment