REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana perbaikan gudang Perum Bulog serta penambahan mesin pengering gabah (dryer) serta perbaikan gudang disambut baik oleh petani. Kendati begitu, langkah tersebut apabila terealisasi dinilai belum dapat mengubah efisiensi distribusi serta peningkatan ekonomi bagi petani secara signifikan.
Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengapresiasi wacana tersebut. Menurutnya, selama ini sektor penyerapan panen gabah petani selalu terkendala di permasalahan dryer dan distribusi yang kurang merata. Hal itu disebabkan minimnya gudang-gudang Bulog di sejumlah desa panen.
“Gudang Bulog itu hanya ada di distrik-distrik tertentu, padahal kalau panen itu adanya di setiap desa yang cukup jauh jaraknya dari distrik. Nah, di setiap desa, satu hamparannya saja bisa 500-1.000 hektare lahan,” kata Henry saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (26/4).
Maka dari itu, kata dia, dengan hanya mengandalkan gudang-gudang Bulog saja, maka hal itu tak akan mampu menyerap gabah petani secara merata. Menurut dia, pemerintah justru perlu mendorong koperasi tani menjadi sebuah lembaga ekonomi yang dapat menjadi mitra Bulog dalam hal distribusi dan penyerapan.
Menurut dia sejauh ini Kementerian Pertanian (Kementan) hanya fokus melakukan pemberdayaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) dari sisi pengembangan teknis pertanian. Usaha tersebut, kata dia, belum menjamah sisi ekonomis yang paling dibutuhkan petani.
Pemerintah perlu menginventarisasi fungsi dan kejelasan status antara gudang milik Bulog dengan Koperasi Unit Desa (KUD). Sejak dibangun pada kurun tahun 1970-1980, saat ini status KUD belum jelas sehingga fungsinya belum terlihat berjalan secara maksimal dan dirasakan petani.
Terlebih, dia menjabarkan, hanya segelintir kecil petani yang memiliki dryer secara mandiri. Selebihnya, para petani mandiri tidak memiliki dryer sehingga memang mengandalkan peran Bulog dan pedagang-pedagang pemilik kilang padi dalam menyerap hasil panen. Maka, kata dia, ketika musim panen raya tiba dan kuantitas dryer dan distribusinya tidak merata, petani menjadi semakin kesulitan secara akses.
“Maka harapan kami, jangan hanya Bulog yang punya dryer dan menumpuk seluruh hasil panennya di gudang dia. Tapi dorong juga koperasi petani untuk jadi lembaga ekonomi, jadi mitranya Bulog,” kata dia.
Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengimbau agar ada penambahan jumlah dryer serta perbaikan gudang-gudang Bulog. Hal tersebut dilakukan guna menggenjot serapan gabah petani secara maksimal. Sementara itu menjelang Ramadhan, Bulog memastikan ketersediaan beras aman terkendali.
Meski ketersediaan beras Bulog jelang Ramadhan berkisar 1,97 juta ton dan nyaris 2 juta ton, Darmin meminta Bulog untuk menyerap gabah maupun beras petani sebesar 1,8 juta ton pada tahun ini. Jumlah yang ditentukan tersebut merupakan jumlah maksimal yang ditetapkan pemerintah.
Seperti diketahui, pasokan beras yang dimiliki Bulog saat ini didominasi oleh beras impor sisa importasi tahun lalu. Sedangkan, untuk membeli beras petani tahun ini di target 1,8 juta ton, Bulog menyiapkan anggaran sebesar Rp 15 triliun. Sementara itu Kepala Bagian Informasi dan Humas Bulog Teguh Firmansyah mengatakan, menjelang Ramadhan Bulog optimistis semua kebutuhan pangan dalam pasokan aman.
http://bit.ly/2XN1Oyv
April 26, 2019 at 05:39PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2XN1Oyv
via IFTTT
No comments:
Post a Comment